Kamis, 29 Januari 2015

LELE OLAHAN




LELE OLAHAN








SEIRING DENGAN PERKEMBANGAN JAMAN BUDIDAYA NAREN CATFISH FARM SUDAH MERAMBAH KE LELE OLAHAN SALAH SATUNYA ADALAH LELE FILLET DAN BAKSO LELE DENGAN ADANYA LELE OLAHAN, KONSUMEN LELE KINI SUDAH DIMANJAKAN. LELE YANG DI OLAH MENGGUNAKAN LELE SANGKURIANG

Senin, 24 November 2014

PROFIL NAREN CAT FIS FARM




PROFIL USAHA
NAREN CAT FISH FARM















BENDA INDAH
PURNOMO 0818865226
SUKIRNO 081383533770









KECAMATAN PAMULANG
KABUPATEN TANGGERANG SELATAN
PROVINSI BANTEN
PROFIL
NAREN CAT FISH FARM

1.         PENDAHULUAN

a.                  Identitas
Nama dan Alamat
Nama                : NAREN CAT FISH FARM
Alamat              : Jl. Benda Indah Pamulang RT 001 RW 018 No 32
                                      Pamulang  Tanggerang Selatan







b.                  Visi
”Mewujudkan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Yang Berkelanjutan Menuju Masyarakat yang sehat, produktif dan sejahtera ”

c.                  Misi

1)              Meningkatkan Kualitas lele Pembenihan dan pembesaran
2)               Meningkatkan produktifitas perikanan dengan penerapan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan.
3)              Menciptakan taraf hidup dan perekonomian masyarakat sekitar.
4)              Menciptakan lapangan Pekerjaan bagi penduduk sekitar
5)              Meningkatkan Mutu dan Pemasaran Komoditas Perikanan Pembenihan.
6)              Mendorong Perluasan dan Kesempatan Kerja di Sektor Perikanan.
7)              Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia Perikanan.
8)              Melestarikan Sumberdaya Perikanan.

d.                  Latar Belakang

            Ikan lele merupakan satu diantara beberapa jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Pengembangan usaha budidaya ikan ini semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan penyakit. Namun demikian perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah atas penggunaan induk yang berkualitas rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit dan nilai Feeding Conversation Rate (FCR). Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo, Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa genetik untuk manghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele ”Sangkuriang”.
Perekayasaan ini meliputi produksi induk melalui silang-balik (tahun 2000), uji keturunan benih dari induk hasil silang-balik (tahun 2001), dan aplikasi produksi induk silang-balik (tahun 2002-2004). Hasil perekayansaan ini (lele sangkuriang) memiliki karakteristik reproduksi dan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan lele dumbo yang saat ini beredar di masyarakat.Budidaya lele sangkuriang  mulai berkembang sejak tahun 2004, setelah dirilis oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, dengan Nomor Kepmen KP 26/Men/2004. Teknik budidaya lele sangkuriang tidak berbeda dengan lele dumbo, mulai dari pembenihan sampai pembesaran.








            Berkaitan hal tersebut, maka NAREN CAT FISH FARM,  berperan aktif membantu meningkatkan ekonomi masyarakat sesuai potensi, kemampuan dan kompetensi yang dimiliki. Bukan hanya berperan sebagai Badan Usaha untuk berorientasi mencari untung semata, tetapi juga ikut serta membantu dan berperan langsung dalam pergumulan masyarakat, khususnya dikalangan bawah atau masyarakat miskin.
            Usaha pembibitan Lele Sangkuriang, Naren Cat fish telah menekuni usaha budidaya Ikan Lele Sangkuriang sejak tahun 2011, dengan tahapan sebagai berikut :
a.         Tahun 2011Berawal dari pembesaran lele.
b.         Tahun 2012 melakukan budidaya sendiri dan menangani usaha sendiri.
c.         Tahun 2013 membuat jaringan pasar. Jakarta, Bogor dan Sukabumi

e.                  Maksud dan Tujuan
1)              Maksud usaha budidaya ini, adalah sebagai berikut :
a)    Membudayakan pembesaran dan pembibitan ikan Lele khususnya lele Sangkuriang di                              seluruh         Kecamatan dan semua kelompok Tani pembesaran Lele di Pedesaan.
b)        Menjadikan pembesaran dan pembenihan  Lele khususnya lele sangkuriang sebagai salah satu usaha    menambah pendapatan ekonomi masyarakat.
c)              Mengurangi pengangguran dan kemiskinan melalui usaha pembesaran ikan Lele
d)             Mendidik kelompok Tani agar menguasai teknologi tepat guna budidaya ikan Lele
e)             Meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan pasar bibit Lele khususnya lele sangkuriang.
f)                Menambah jenis produksi berupa lele konsumsi organik.






2)              Tujuan usaha budidaya ini adalah : 
          a)       Menjadikan produksi bibit Lele Sangkuriang dan konsumsi organik termasuk ikan lele organik     sebagai produk usaha perikanan andalan Tanggerang Selatan. 
          b)        Memperluas pasar bibit dan Lele konsumsi ke Jabar, Tanggerang dan Jakarta.

f.                    Wilayah Pemasaran

Sejak tahun 2012 wilayah pemasaran bibit Lele telah memenuhi permintaan pasar parung, Bogor, Sawangan, Tanggerang dan Jakarta.

g.                  Keunggulan Komparatif dan Kompetitif

1)              Keunggulan komparatif yang dimiliki usaha ini, adalah sebagai berikut :
a)           Memiliki induk Lele Sangkuriang super / unggul
b)           Jenis Induk Lele berasal dari Jawa Barat ( jenis Sangkuriang )
c)           Dikelola secara teknologi budidaya perikanan dengan cara probiotik organik
d)           Mengadakan komunikasi yang intensif melalui web dengan ahli, jika berkendala.

2)              Sedangkan keunggulan kompetitif yang dimiliki,adalah :
a)           Produksi bibit sepasang induk ± 60.000 ekor sekali bertelur, sehingga biaya produksi per ekor rendah.
b)           Disamping penjualan bibit juga memberikan bimbingan teknis gratis budidaya ikan Lele Sangkuriang kepada pelanggan dan masyarakat.
c)          Masa pemeliharaan sampai siap panen ± 3 bulan lebih cepat dibanding bibit lain yang berkisar 4 – 5 bulan.
d)             Tingkat kematian ( mortality ) bibit relative lebih rendah dari penangkaran lain.


 h.                  Struktur Organisasi
Sebagai usaha keluarga maka yang duduk dalam struktur organisasi adalah anggota keluarga dengan bentuk sederhana :
Pemodal
DEDY PERWIRA/PURNOMO R
 
                                                                                 


Pimpinan Usaha
PURNOMO R

Asisten Wakil Pimpinan Usaha
RIAN
                                                                                                                                                                                                         
 
                                                                                                               
Wakil Pimpinan Usaha
SUKIRNO
 


2.         GAMBARAN UMUM TANGERANG SELATAN

a.                  Sejarah Terbentuknya Kota Tangerang Selatan
Kota Tangerang Selatan adalah salah satu kota di Provinsi Banten, Indonesia. Kota ini diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008. Wilayah ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Rencana ini berawal dari keinginan warga di wilayah selatan untuk mensejahterakan masyarakat. Pada masa penjajahan Belanda, wilayah ini masuk ke dalam Karesidenan Batavia dan mempertahankan karakteristik tiga etnis, yaitu Suku Sunda, Suku Betawi, dan Suku Tionghoa.

b.                  Kondisi Geografis
Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota dari 8 kabupaten/kota di Provinsi Banten, Kota Tangerang Selatan merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang, diresmikan sebagai daerah otonom pada tanggal 28 Oktober 2008 dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 51 tahun 2008. Kota Tangerang Selatan merupakan daerah strategis karena berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, berjarak ±20 kilometer ke ibukota negara dan ±20 menit dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Batas-batas wilayah administrasi Kota Tangerang Selatan menurut Undang-undang 51 Tahun 2008 adalahsebagai berikut
1)         Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pinang, Kecamatan Larangan, Kecamatan Ciledug Kota Tangerang;
2)         Sebelah timur berbatasan dengan Kota Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta;
3)         Sebelah selatan berbatasan dengan Kota Depok dan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat
4)   Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cisauk, Kecamatan Pagedangan, Kecamatan Kelapa Dua Kabupaten Tangerang.
Secara administratif Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan yakni : Pamulang, Ciputat, Ciputat Timur, Pondok Aren, Setu, Serpong dan Serpong Utara. Kota Tangerang Selatan memiliki luas wilayah 147,19 Km2. Secara umum Kota Tangerang Selatan merupakan dataran rendahdengan letak ketinggian dari permukaan laut ±44 m.

c.                  Keadaan Iklim
Kota Tangerang Selatan merupakan daerah beriklim tropis, temperatur rata-rata berkisar antara 23,5 – 32,6 ◦C dan temperature minimum terendah yaitu 22,8 ◦C. Rata-rata kelembaban udara dan intensitas matahari sekitar 78,3% dan 59,3 %. Keadaan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu 486 mm, sedangkan rata-rata curah hujan dalam setahun adalah 177,3 mm. Rata-rata kecepatan angin dalam setahun adalah 3,8 m/detik dan kecepatan maksimum 12,6 m/detik.


d.                  Perikanan
Pengembangan Ikan Air Tawar Tangsel
Ikan merupakan makanan sehat yang memiliki kandungan protein yang tinggi yang baik bagi pertumbuhan dan sudah sepantasnya dibudidayakan sebagai wujud kembali ke alam dan baik untuk sebuah kehidupan (back to nature for a good life). Selain sebagai makanan sehat, pengembangan budi daya ikan dengan baik dapat bernilai ekonomi lebih dan pada akhirnya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.Mengingat Kota Tangerang Selatan cukup memiliki banyak perairan umum sebagai potensi untuk sektor perikanan, maka yang paling tepat untuk dikembangkan yaitu budidaya ikan air tawar.Pengembangan komoditas perikanan yang sesuai dan menguntungkan secara ekonomi, sangat penting dalam perencanaan pengkajian teknologi untuk pengembangan komoditas unggulan dengan mempertimbangkan kemampuan sumberdaya lahan, sumberdaya manusia dan kelembagaan.
"Sehingga pengembangan suatu komoditas unggulan dapat berkelanjutan," kebutuhan konsumsi ikan air tawar yang terus meningkat ini menggugah masyarakat Kota Tangerang Selatan untuk terus memproduksi ikan konsumsi. Dengan potensi alam yang mendukung membuat berbagai kelompok budi daya ikan mulai berkembang di Kota Tangerang Selatan ini.
Ada yang berangkat dari sekedar hobby tetapi ada pula yang mulai melihat peluang bisnis yang cukup menggiurkan., konsumsi ikan di Tangerang selatan baru mencapai 24,77 kilogram per orang per tahun. Masih dibawah konsumsi ikan yg ditetapkan oleh Propinsi Banten sebesar 27 kilogram per orang per tahun dan Kementerian Kelautan dan Perikanan 31 kg/orang/tahun.
Sedangkan produksi ikan yang dihasilkan oleh pembudidaya Tangsel sebesar 245,25 ton. Dibandingkan kebutuhan ikan di Kota Tangerang Selatan mencapai 32.450.690 kilogram per tahun atau 32,5 ton per tahun, maka Kota Tangerang Selatan hanya dapat menyuplai kebutuhan ikan sebesar sekitar 9 persen.Potensi perikanan budidaya di Tangerang Selatan tidak hanya perikanan air tawar, tetapi juga termasuk ikan hias. Komoditi perikanan air tawar yg diusahakan antara lain ikan lele, mas, nila, gurame, patin, dan bawal tawar dengan nilai produksi budidaya sebesar Rp 6.855.750.000 dengan melibatkan 46 kelompok budidaya ikan atau sekitar 507 orang. Ikan hias untuk 5 komoditi rainbow, koi, greentiger, neon tetra dan cupang menghasilkan nilai produksi sebesar Rp. 4.105.666.000.
"Untuk meningkatkan Potensi Perikanan Di Kota Tangerang Selatan maka Peraturan Walikota No 1 Tahun 2009 pasal 8 ayat 1 point d mempunyai tugas meningkatkan produksi dan mutu produksi usaha perikanan, pengendalian hama dan penyakit, bimbingan pemasaran produksi serta pengembangan usaha perikanan," Oleh karena itu diperlukan program dan kegiatan yang mendukung. Antara lain, pengembangan budidaya perikanan, pembinaan perikanan, pengembangan bibit ikan unggul. Pengembangan sistem kesehatan ikan dan lingkungan pembudidaya ikan. Promosi hasil produksi perikanan unggulan daerah. Peningkatan mutu dan pengembangan pengelolahan hasil perikanan, pengembangan teknologi pengolahan ikan, peningkatan dan pengawasan mutu hasil Perikanan. Jumlah kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) sebanyak 41 kelompok, Unit Perbenihan Rakyat (UPR) sebanyak 12 kelompok, ikan hias air tawar sebanyak 9 kelompok dan Rumah Tangga Perikanan (RTP) sebanyak 314 RTP. Unit Perbenihan di Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Jombang sebanyak yaitu 2 bak bulat pemijahan, 3 bak kotak besar, 5 bak kotak kecil, 15 kolam pendederan, 2 kolam induk besar, 1 kolam pendederan, 1 akuarium, 1 empang tanah dan 1 kolam terpal.
Kolam percontohan di Kantor DPKP Kota Tangerang Selatan sebanyak 7 kolam. Program-program yang dimiliki seperti kegiatan pembinaan dan pengembangan perikanan dan kegiatan pengembangan bibit ikan unggul. Untuk meningkatkan keberhasilan dari produksi sistem budidaya lele dengan kolam terpal maka harus didukung oleh seksi kesehatan ikan dan lingkungan melalui pelaksanaan kegiatan peninjauan terhadap pokdakan yang banyak mengalami kejadian serangan hama penyakit yang timbul di lokasi usaha budidayanya.
Pengelolaan usaha perikanan memiliki beberapa alternatif yaitu ikan dijual langsung kepasaran atau ikan dikelola, apabila ikan dikelola maka diperlukan upaya-upaya pengelola ikan agar mendapatkan nilai tambah dengan mengelola ikan menjadi bahan makanan siap saji maupun diolah lagi menjadi masakan seperti abon lele, nugget lele, kerupuk lele dan lain-lain.
"Restocking ikan perairan umum ditujukan atau dilakukan di 2 perairan umum di Kota Tangerang Selatan dengan menggunakan ikan domestik (ikan grasscarp dan IkanTawes) sebagai upaya pengembalian keberadaan jenis tersebut di alam," .(courtesy bpti-ts)


3.         PENGEMBANGAN USAHA

a.                    Faktor Pendukung Daerah
Tanggerang Selatan berada dekat Jakarta dan Bogor Jawa Barat hal ini mempermudah pencapaian kesemua daerah dengan jarak tempuh ± 1 jam, dengan demikian memungkinkan untuk pendistribusian bibit Lele Sangkuriang dengan kondisi segar.
            Sarana dan prasarana transportasi berupa jalan raya dan alat angkutan tidak mengalami kesulitan, semua ibukota Kecamatan dan bisa dijangkau. Faktor keamanan cukup mendukung untuk pengembangan pembesaran. dan pembibitanikan Lele

b.                    Sarana Prasarana Pembibitan (existing)
Usaha pembibitan bermitra dengan masyarakat dalam usaha pembesaran ikan Lele Sangkuriang, sehingga akan lebih cepat disosialisasikan tanpa mengalami kendala.sebagaiusaha yang bermitra dengan masyarakat lebih mudah bersosialisasi dan hidup merakyat untuk berkomunikasi bersama-sama dalam upaya peningkatan ekonomi masyarakat.
Investasi yang sudah masuk untuk membiayaisarana prasarana  budidaya termasuk sarana penunjang telah mencapai sebesar Rp. 200.000.000,-( Dua RatusJuta Rupiah ) diluar nilai tanah dengan rincian sebagai berikut :

1)         Luas lahan 600.m2







2)         Bak induk (permanen) sebanyak 2 petak, dengan dengan kapasitas tampung 30 ekor induk.








3)         Bak pemijahan / kawin (permanen) sebanyak 2 petak,.














4)         Bak pemeliharaan bibit (pendederan) sampai dengan umur 40 hari sebanyak 18 petak beton dengan  kapasitas terpasang  produksi 100.000 ekor bibit/bulan.







 


5)         Kolam tandon sebanyak 2 petak, untuk sistim probiotik organik,





 

6)         Kolam pembesaran bibit lele sebanyak 6 petak








7)         Kolam Terpal sebanyak 6 petak








8)         Rumah karyawan 1 unit







9)         Jaringan instalasi air dan listrik menghubungkan kolam sepanjang 400m dan sumur bor






10)      Peralatan bak dan bak sortir dan saluran parit/got pembuangan air sepanjang 500 cm







4.         Teknologi Pembesaran
Sebagai usaha yang telah memiliki asset lebih dari Rp. 200.000.000,- ( Dua RatusJuta Rupiah ); dengan program kedepan yang cukup besar dan menjanjikan, usaha tersebut harus dikelola secara professional oleh SDM yang kompeten. Berkaitan hal tersebut, pimpinan produksi (berijazah sarjana/S1 sarjana sosial); pada tahun 1996.Berhubung ikan Lele Sangkuriang merupakan varietas yang baru dan unggul; maka perlu dipelajari sifatnya dengan baik dan harus menguasai teknologi budidayanya. Keberhasilan budidaya mutlak terletak pada pembelajaran teori dan pelatihan sendiri, sehingga penguasaan teknologinya lebih optimal, yang pada akhirnya berbudidaya sendiri.

5.         Peningkatan Ekonomi Kerakyatan
Tangerang Selatan telah merubah kehidupan perekonomian masyarakat Pamulang secara signifikan.agar tidak terjadi ketimpangan antara pendapatan masyarakat dan pertumbuhan makro ekonomi, perlu dilakukan upaya peningkatan ekonomi kerakyatan, sehingga masyarakat berkembang bersama dan meraih peluang usaha; hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadi gejolak ditengah masyarakat.
            Peningkatan ekonomi kerakyatan melalui usaha pembesaran dan pembenihan  ikan Lele adalah sangat tepat, karena teknologinya gampang, modal relative rendah dan jangka waktu memulai pembesaran sampai panen relative singkat antara 2 – 3 bulan, dan hasil penjualan cukup menguntungkan serta tingginya potensi pasar,. Pemisalannya, dengan pembesaran bibit sejumlah 5.000 ekor per bulan, maka keuntungan yang dihasilkan ± Rp. 1.500.000,- per bulan dengan harga jual Lele konsumsi sebesar Rp. 15.000,- per kilo berukuran 10 ( atau 10 ekor per kilo ).

6.         Peluang dan  Prospek ke depan
Dengan makin sulitnya penangkapan ikan air laut dekat pantai, maka membuat nelayan tradisional terpuruk, karena tidak mampu mencapai daerah tangkapan di zona Economic Exclusive (ZEE), akibat keterbatasan modal dan peralatan. Untuk mengawetkan hasil tangkapan, umumnya nelayan menggunakan Es dan Formalin yang dapat membahayakan kesehatan. Oleh karena itu, permintaan ikan segar air tawar sangat besar dan membudaya.
            Potensi pasar ikan Lele baik segarcukup terbuka keBogor dan Jakarta bahkan di Tanggerang sendiri. Masyarakat pada daerah tersebut adalah pangsa pasar  potensial..
  
7.         Permasalahan Usaha – Permasalahan yang dihadapi dan Pemecahan Masalah
Dari segi tehnik budidaya maupun pemasaran tidak terjadi masalah namun diluar keinginan dan perhitungan (force majeure), bibit karena tidak ditunjang oleh induk yang berkualitas. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan bantuan dana guna penambahan induk baru sebagai pengganti induk yang sudah tidak berkualitas dan juga rehabilitasi sarana prasarana budidaya termasuk pembangunan pagar untuk membatasi dan pengamanan lokasi induk. Sehingga bisa dibatasi areal yang dimasuki pengunjung dan pengawasan di tingkatkan. 

Permasalahan Alam
   





           


Malang  tak  dapat  ditolak  mujur  tak  dapat  diraih  kolam  jebol  sesudah  hujan  lebat.

Berdasarkan pengalaman selama ini agar tidak terjadi kefakuman produksi bibit serta stabilnya pelayanan permintaan pelanggan sekaligus meningkatkan kemampuan pasokan baik bibit, ikan lele konsumsi maka telah dilakukan studi banding ke tempat – tempat budi daya Sawangan, Bogor,  dan Sukabumi sekaligus mengadakan kerjasama dengan dinas perikanan tangsel mereka sehingga stabilitas usaha bisa terjamin