PROFIL USAHA
NAREN CAT FISH FARM
BENDA INDAH
PURNOMO 0818865226
SUKIRNO 081383533770
KECAMATAN
PAMULANG
KABUPATEN
TANGGERANG SELATAN
PROVINSI
BANTEN
PROFIL
NAREN CAT FISH FARM
1.
PENDAHULUAN
a.
Identitas
Nama
dan Alamat
Nama : NAREN CAT FISH FARM
Alamat : Jl. Benda Indah Pamulang RT 001 RW 018 No 32
Pamulang Tanggerang Selatan
b.
Visi
”Mewujudkan
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Yang Berkelanjutan Menuju Masyarakat yang
sehat, produktif dan sejahtera ”
c.
Misi
1)
Meningkatkan
Kualitas lele Pembenihan dan pembesaran
2) Meningkatkan
produktifitas perikanan dengan penerapan teknologi tepat guna yang ramah
lingkungan.
3)
Menciptakan taraf
hidup dan perekonomian masyarakat sekitar.
4)
Menciptakan
lapangan Pekerjaan bagi penduduk sekitar
5)
Meningkatkan Mutu
dan Pemasaran Komoditas Perikanan Pembenihan.
6)
Mendorong
Perluasan dan Kesempatan Kerja di Sektor Perikanan.
7)
Meningkatkan
Kualitas Sumberdaya Manusia Perikanan.
8)
Melestarikan Sumberdaya Perikanan.
d.
Latar
Belakang
Ikan lele merupakan satu diantara
beberapa jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh
masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Pengembangan usaha budidaya ikan
ini semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada
tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih
cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan penyakit. Namun demikian
perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik
menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena adanya
perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah atas
penggunaan induk yang berkualitas rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati
dari karakter umum pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan
harian, daya tahan terhadap penyakit dan nilai Feeding Conversation Rate (FCR). Sebagai upaya perbaikan
mutu ikan lele dumbo, Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa genetik untuk manghasilkan
lele dumbo strain baru yang diberi nama lele ”Sangkuriang”.
Perekayasaan ini meliputi produksi induk melalui
silang-balik (tahun 2000), uji keturunan benih dari induk hasil silang-balik
(tahun 2001), dan aplikasi produksi induk silang-balik (tahun 2002-2004). Hasil
perekayansaan ini (lele sangkuriang) memiliki karakteristik reproduksi dan
pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan lele dumbo yang saat ini
beredar di masyarakat.Budidaya lele sangkuriang mulai berkembang sejak tahun 2004, setelah
dirilis oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, dengan Nomor Kepmen KP
26/Men/2004. Teknik budidaya lele sangkuriang tidak berbeda dengan lele dumbo,
mulai dari pembenihan sampai pembesaran.
Berkaitan hal tersebut, maka NAREN CAT
FISH FARM,
berperan aktif membantu meningkatkan ekonomi
masyarakat sesuai potensi, kemampuan dan kompetensi yang dimiliki. Bukan hanya
berperan sebagai Badan Usaha untuk berorientasi mencari untung semata, tetapi
juga ikut serta membantu dan berperan langsung dalam pergumulan masyarakat,
khususnya dikalangan bawah atau masyarakat miskin.
Usaha pembibitan Lele Sangkuriang, Naren Cat fish
telah menekuni usaha budidaya Ikan Lele Sangkuriang sejak tahun 2011, dengan tahapan
sebagai berikut :
a.
Tahun 2011Berawal dari pembesaran lele.
b.
Tahun 2012 melakukan
budidaya sendiri dan menangani usaha sendiri.
c.
Tahun 2013
membuat jaringan pasar. Jakarta, Bogor dan Sukabumi
e.
Maksud
dan Tujuan
1)
Maksud usaha budidaya
ini, adalah sebagai berikut :
a) Membudayakan
pembesaran dan pembibitan
ikan Lele khususnya lele Sangkuriang di seluruh Kecamatan
dan semua kelompok Tani pembesaran Lele di Pedesaan.
b) Menjadikan pembesaran dan pembenihan Lele khususnya lele sangkuriang sebagai salah satu
usaha menambah pendapatan ekonomi masyarakat.
c)
Mengurangi
pengangguran dan kemiskinan melalui usaha pembesaran ikan Lele
d)
Mendidik kelompok
Tani agar menguasai teknologi tepat guna budidaya ikan Lele
e) Meningkatkan produksi
untuk memenuhi permintaan pasar bibit Lele khususnya lele sangkuriang.
f)
Menambah jenis produksi
berupa lele konsumsi organik.
2)
Tujuan usaha budidaya
ini adalah :
a) Menjadikan produksi bibit Lele Sangkuriang dan konsumsi organik termasuk ikan lele organik sebagai produk usaha perikanan andalan Tanggerang Selatan.
b) Memperluas pasar bibit dan Lele konsumsi ke Jabar, Tanggerang dan Jakarta.
a) Menjadikan produksi bibit Lele Sangkuriang dan konsumsi organik termasuk ikan lele organik sebagai produk usaha perikanan andalan Tanggerang Selatan.
b) Memperluas pasar bibit dan Lele konsumsi ke Jabar, Tanggerang dan Jakarta.
f.
Wilayah
Pemasaran
Sejak
tahun 2012 wilayah pemasaran bibit Lele telah memenuhi permintaan pasar parung, Bogor, Sawangan, Tanggerang dan Jakarta.
g.
Keunggulan
Komparatif dan Kompetitif
1)
Keunggulan komparatif
yang dimiliki usaha ini, adalah sebagai berikut :
a)
Memiliki induk Lele Sangkuriang super / unggul
b)
Jenis Induk Lele
berasal dari Jawa Barat ( jenis Sangkuriang )
c)
Dikelola secara
teknologi budidaya perikanan dengan cara probiotik organik
d)
Mengadakan komunikasi
yang intensif melalui web dengan
ahli, jika berkendala.
2)
Sedangkan keunggulan
kompetitif yang dimiliki,adalah :
a) Produksi bibit
sepasang induk ± 60.000
ekor sekali bertelur, sehingga biaya produksi per ekor rendah.
b)
Disamping penjualan
bibit juga memberikan bimbingan teknis gratis budidaya ikan Lele Sangkuriang kepada pelanggan dan
masyarakat.
c) Masa pemeliharaan
sampai siap panen ± 3 bulan lebih cepat dibanding bibit lain yang berkisar 4 –
5 bulan.
d)
Tingkat kematian ( mortality ) bibit relative lebih rendah
dari penangkaran lain.
h.
Struktur
Organisasi
Sebagai usaha
keluarga maka yang duduk dalam struktur organisasi adalah anggota keluarga
dengan bentuk sederhana :
Pemodal
DEDY
PERWIRA/PURNOMO R
|
Pimpinan Usaha
PURNOMO
R
|
Asisten
Wakil Pimpinan Usaha
RIAN
|
Wakil Pimpinan Usaha
SUKIRNO
|
2.
GAMBARAN
UMUM TANGERANG SELATAN
a.
Sejarah Terbentuknya
Kota Tangerang Selatan
Kota Tangerang
Selatan adalah salah satu kota di Provinsi Banten, Indonesia. Kota ini
diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto, pada 29 Oktober
2008. Wilayah ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Rencana ini
berawal dari keinginan warga di wilayah selatan untuk mensejahterakan
masyarakat. Pada
masa penjajahan Belanda, wilayah ini masuk ke dalam Karesidenan Batavia dan
mempertahankan karakteristik tiga etnis, yaitu Suku Sunda, Suku Betawi, dan
Suku Tionghoa.
b.
Kondisi
Geografis
Kota Tangerang
Selatan merupakan salah satu kota dari 8 kabupaten/kota di Provinsi Banten,
Kota Tangerang Selatan merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang, diresmikan
sebagai daerah otonom pada tanggal 28 Oktober 2008 dengan diberlakukannya
Undang-undang Nomor 51 tahun 2008. Kota Tangerang Selatan merupakan daerah
strategis karena berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, berjarak ±20 kilometer
ke ibukota negara dan ±20 menit dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Batas-batas wilayah administrasi Kota Tangerang Selatan menurut Undang-undang
51 Tahun 2008 adalahsebagai berikut
1)
Sebelah utara
berbatasan dengan Kecamatan Pinang, Kecamatan Larangan, Kecamatan Ciledug Kota
Tangerang;
2)
Sebelah timur
berbatasan dengan Kota Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta;
3)
Sebelah selatan
berbatasan dengan Kota Depok dan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat
4) Sebelah barat
berbatasan dengan Kecamatan Cisauk, Kecamatan Pagedangan, Kecamatan Kelapa Dua
Kabupaten Tangerang.
Secara administratif
Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan yakni : Pamulang,
Ciputat, Ciputat Timur, Pondok Aren, Setu, Serpong dan Serpong Utara. Kota
Tangerang Selatan memiliki luas wilayah 147,19 Km2. Secara umum Kota Tangerang
Selatan merupakan dataran rendahdengan letak ketinggian dari permukaan laut ±44
m.
c.
Keadaan
Iklim
Kota Tangerang
Selatan merupakan daerah beriklim tropis, temperatur rata-rata berkisar antara
23,5 – 32,6 ◦C dan temperature minimum terendah yaitu 22,8 ◦C. Rata-rata
kelembaban udara dan intensitas matahari sekitar 78,3% dan 59,3 %. Keadaan
curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu 486 mm, sedangkan
rata-rata curah hujan dalam setahun adalah 177,3 mm. Rata-rata kecepatan angin
dalam setahun adalah 3,8 m/detik dan kecepatan maksimum 12,6 m/detik.
d.
Perikanan
Pengembangan
Ikan Air Tawar Tangsel
Ikan merupakan makanan sehat
yang memiliki kandungan protein yang tinggi yang baik bagi pertumbuhan dan
sudah sepantasnya dibudidayakan sebagai wujud kembali ke alam dan baik untuk
sebuah kehidupan (back to nature for a good life). Selain sebagai makanan sehat,
pengembangan budi daya ikan dengan baik dapat bernilai ekonomi lebih dan pada
akhirnya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.Mengingat Kota Tangerang
Selatan cukup memiliki banyak perairan umum sebagai potensi untuk sektor
perikanan, maka yang paling tepat untuk dikembangkan yaitu budidaya ikan air
tawar.Pengembangan komoditas perikanan yang sesuai dan menguntungkan secara
ekonomi, sangat penting dalam perencanaan pengkajian teknologi untuk
pengembangan komoditas unggulan dengan mempertimbangkan kemampuan sumberdaya
lahan, sumberdaya manusia dan kelembagaan.
"Sehingga pengembangan
suatu komoditas unggulan dapat berkelanjutan," kebutuhan konsumsi ikan air
tawar yang terus meningkat ini menggugah masyarakat Kota Tangerang Selatan
untuk terus memproduksi ikan konsumsi. Dengan potensi alam yang mendukung
membuat berbagai kelompok budi daya ikan mulai berkembang di Kota Tangerang
Selatan ini.
Ada
yang berangkat dari sekedar hobby tetapi ada pula yang mulai melihat peluang
bisnis yang cukup menggiurkan., konsumsi ikan di Tangerang selatan baru
mencapai 24,77 kilogram per orang per tahun. Masih dibawah konsumsi ikan yg
ditetapkan oleh Propinsi Banten sebesar 27 kilogram per orang per tahun dan
Kementerian Kelautan dan Perikanan 31 kg/orang/tahun.
Sedangkan
produksi ikan yang dihasilkan oleh pembudidaya Tangsel sebesar 245,25 ton.
Dibandingkan kebutuhan ikan di Kota Tangerang Selatan mencapai 32.450.690
kilogram per tahun atau 32,5 ton per tahun, maka Kota Tangerang Selatan hanya
dapat menyuplai kebutuhan ikan sebesar sekitar 9 persen.Potensi perikanan
budidaya di Tangerang Selatan tidak hanya perikanan air tawar, tetapi juga
termasuk ikan hias. Komoditi perikanan air tawar yg diusahakan antara lain ikan
lele, mas, nila, gurame, patin, dan bawal tawar dengan nilai produksi budidaya
sebesar Rp 6.855.750.000 dengan melibatkan 46 kelompok budidaya ikan atau
sekitar 507 orang. Ikan hias untuk 5 komoditi rainbow, koi, greentiger, neon
tetra dan cupang menghasilkan nilai produksi sebesar Rp. 4.105.666.000.
"Untuk
meningkatkan Potensi Perikanan Di Kota Tangerang Selatan maka Peraturan
Walikota No 1 Tahun 2009 pasal 8 ayat 1 point d mempunyai tugas meningkatkan
produksi dan mutu produksi usaha perikanan, pengendalian hama dan penyakit,
bimbingan pemasaran produksi serta pengembangan usaha perikanan," Oleh
karena itu diperlukan program dan kegiatan yang mendukung. Antara lain,
pengembangan budidaya perikanan, pembinaan perikanan, pengembangan bibit ikan
unggul. Pengembangan sistem kesehatan ikan dan lingkungan pembudidaya ikan.
Promosi hasil produksi perikanan unggulan daerah. Peningkatan mutu dan
pengembangan pengelolahan hasil perikanan, pengembangan teknologi pengolahan
ikan, peningkatan dan pengawasan mutu hasil Perikanan. Jumlah kelompok
pembudidaya ikan (Pokdakan) sebanyak 41 kelompok, Unit Perbenihan Rakyat (UPR)
sebanyak 12 kelompok, ikan hias air tawar sebanyak 9 kelompok dan Rumah Tangga
Perikanan (RTP) sebanyak 314 RTP. Unit Perbenihan di Balai Penyuluh Pertanian
(BPP) Jombang sebanyak yaitu 2 bak bulat pemijahan, 3 bak kotak besar, 5 bak
kotak kecil, 15 kolam pendederan, 2 kolam induk besar, 1 kolam pendederan, 1
akuarium, 1 empang tanah dan 1 kolam terpal.
Kolam
percontohan di Kantor DPKP Kota Tangerang Selatan sebanyak 7 kolam.
Program-program yang dimiliki seperti kegiatan pembinaan dan pengembangan
perikanan dan kegiatan pengembangan bibit ikan unggul. Untuk meningkatkan
keberhasilan dari produksi sistem budidaya lele dengan kolam terpal maka harus
didukung oleh seksi kesehatan ikan dan lingkungan melalui pelaksanaan kegiatan
peninjauan terhadap pokdakan yang banyak mengalami kejadian serangan hama
penyakit yang timbul di lokasi usaha budidayanya.
Pengelolaan
usaha perikanan memiliki beberapa alternatif yaitu ikan dijual langsung
kepasaran atau ikan dikelola, apabila ikan dikelola maka diperlukan upaya-upaya
pengelola ikan agar mendapatkan nilai tambah dengan mengelola ikan menjadi
bahan makanan siap saji maupun diolah lagi menjadi masakan seperti abon lele,
nugget lele, kerupuk lele dan lain-lain.
"Restocking
ikan perairan umum ditujukan atau dilakukan di 2 perairan umum di Kota
Tangerang Selatan dengan menggunakan ikan domestik (ikan grasscarp dan
IkanTawes) sebagai upaya pengembalian keberadaan jenis tersebut di alam," .(courtesy bpti-ts)
3.
PENGEMBANGAN
USAHA
a.
Faktor
Pendukung Daerah
Tanggerang Selatan berada dekat Jakarta dan Bogor Jawa Barat
hal ini mempermudah pencapaian kesemua daerah dengan jarak tempuh ± 1 jam, dengan demikian
memungkinkan untuk pendistribusian bibit Lele Sangkuriang dengan kondisi segar.
Sarana dan prasarana transportasi
berupa jalan raya dan alat angkutan tidak mengalami kesulitan, semua ibukota
Kecamatan dan bisa dijangkau. Faktor keamanan cukup mendukung untuk
pengembangan pembesaran. dan pembibitanikan
Lele
b.
Sarana
Prasarana Pembibitan (existing)
Usaha
pembibitan bermitra dengan masyarakat dalam usaha pembesaran ikan Lele Sangkuriang, sehingga akan lebih
cepat disosialisasikan tanpa mengalami kendala.sebagaiusaha yang bermitra
dengan masyarakat lebih mudah bersosialisasi dan hidup merakyat untuk
berkomunikasi bersama-sama dalam upaya peningkatan ekonomi masyarakat.
Investasi
yang sudah masuk untuk membiayaisarana prasarana budidaya termasuk sarana penunjang telah
mencapai sebesar Rp. 200.000.000,-( Dua RatusJuta Rupiah ) diluar
nilai tanah dengan rincian sebagai berikut :
1)
Luas lahan 600.m2
2)
Bak
induk (permanen) sebanyak 2
petak, dengan dengan kapasitas tampung 30 ekor induk.
3)
Bak pemijahan / kawin
(permanen) sebanyak 2
petak,.
4)
Bak pemeliharaan
bibit (pendederan) sampai dengan umur 40 hari sebanyak 18 petak beton dengan kapasitas terpasang produksi 100.000 ekor bibit/bulan.
5)
Kolam tandon sebanyak
2 petak, untuk sistim
probiotik organik,
6)
Kolam pembesaran
bibit lele sebanyak 6
petak
7)
Kolam Terpal
sebanyak 6 petak
8)
Rumah karyawan 1 unit
9)
Jaringan instalasi
air dan listrik menghubungkan kolam sepanjang 400m dan sumur bor
10)
Peralatan bak dan
bak sortir dan saluran parit/got pembuangan air sepanjang 500 cm
4.
Teknologi
Pembesaran
Sebagai usaha yang telah memiliki
asset lebih dari Rp. 200.000.000,-
( Dua RatusJuta Rupiah ); dengan
program kedepan yang cukup besar dan menjanjikan, usaha tersebut harus dikelola
secara professional oleh SDM yang kompeten. Berkaitan hal tersebut, pimpinan
produksi (berijazah sarjana/S1 sarjana
sosial); pada tahun 1996.Berhubung ikan Lele Sangkuriang merupakan varietas yang baru dan unggul;
maka perlu dipelajari sifatnya dengan baik dan harus menguasai teknologi
budidayanya. Keberhasilan budidaya mutlak terletak pada pembelajaran teori dan
pelatihan sendiri, sehingga penguasaan teknologinya lebih optimal, yang pada
akhirnya berbudidaya sendiri.
5.
Peningkatan
Ekonomi Kerakyatan
Tangerang Selatan
telah merubah kehidupan perekonomian masyarakat Pamulang secara signifikan.agar tidak terjadi
ketimpangan antara pendapatan masyarakat dan pertumbuhan makro ekonomi, perlu
dilakukan upaya peningkatan ekonomi kerakyatan, sehingga masyarakat berkembang
bersama dan meraih peluang usaha; hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadi
gejolak ditengah masyarakat.
Peningkatan
ekonomi kerakyatan melalui usaha pembesaran dan pembenihan ikan Lele adalah sangat tepat, karena
teknologinya gampang, modal relative rendah dan jangka waktu memulai pembesaran
sampai panen relative singkat antara 2 – 3 bulan, dan hasil penjualan cukup
menguntungkan serta tingginya potensi pasar,. Pemisalannya, dengan pembesaran
bibit sejumlah 5.000 ekor per bulan, maka keuntungan yang dihasilkan ± Rp. 1.500.000,- per bulan
dengan harga jual Lele konsumsi sebesar Rp. 15.000,- per kilo berukuran 10 (
atau 10 ekor per kilo ).
6.
Peluang
dan Prospek ke depan
Dengan makin sulitnya penangkapan
ikan air laut dekat pantai, maka membuat nelayan tradisional terpuruk, karena
tidak mampu mencapai daerah tangkapan di zona Economic Exclusive (ZEE), akibat
keterbatasan modal dan peralatan. Untuk mengawetkan hasil tangkapan, umumnya
nelayan menggunakan Es dan Formalin yang dapat membahayakan kesehatan. Oleh
karena itu, permintaan ikan segar air tawar sangat besar dan membudaya.
Potensi
pasar ikan Lele baik segarcukup terbuka keBogor dan Jakarta bahkan di Tanggerang sendiri.
Masyarakat pada daerah tersebut adalah pangsa pasar potensial..
7.
Permasalahan
Usaha – Permasalahan yang dihadapi dan Pemecahan Masalah
Dari segi tehnik budidaya maupun
pemasaran tidak terjadi masalah namun diluar keinginan dan perhitungan (force
majeure), bibit karena tidak ditunjang
oleh induk yang berkualitas. Untuk mengatasi
masalah tersebut diperlukan bantuan dana guna penambahan induk baru sebagai
pengganti induk yang sudah tidak
berkualitas dan juga rehabilitasi sarana
prasarana budidaya termasuk
pembangunan pagar untuk membatasi dan pengamanan lokasi induk. Sehingga bisa
dibatasi areal yang dimasuki pengunjung dan pengawasan di tingkatkan.
Permasalahan Alam
Berdasarkan pengalaman selama ini
agar tidak terjadi kefakuman produksi bibit serta stabilnya pelayanan
permintaan pelanggan sekaligus meningkatkan kemampuan pasokan baik bibit, ikan
lele konsumsi maka telah dilakukan studi banding ke tempat – tempat budi daya Sawangan, Bogor, dan Sukabumi sekaligus mengadakan
kerjasama dengan dinas perikanan tangsel mereka sehingga stabilitas usaha bisa terjamin
Gmn caranya spya bisa mendapatkan skai nya sudara
BalasHapus