Jakarta 22 November 2012
Dalam tulisan terakhir, saya menjelaskan tentang tiga hal dasar yang harus diketahui untuk keberhasilan dalam usaha budidaya Lele, khususnya Lele Sangkuriang, yaitu bibit, lingkungan dan makanan. Dalam tulisan kali ini saya akan membahas tentang lingkungan, khususnya kolam.
Ada beberapa hal yang terkait dengan lingkungan. Tempat yang sesuai, kolam yang baik serta air yang ideal.
Dalam usaha budidaya Lele Sangkuriang, ada 3 jenis tempat yang umum digunakan orang untuk wadah beternak lele, yaitu kolam tanah, kolam semen dan kolam terpal. Masing masing kolam ini memiliki keunggulan dan kelemahan masing masing.
a. Jenis Kolam
Kolam tanah cukup baik untuk menjaga perubahan suhu yang cukup ekstrim. Karena panas pada siang hari dan dingin malam dapat diserap dengan baik oleh tanah. Perlu diketahui, ikan lele rentan terhadap perubahan suhu yang cukup ektrim. Perubahan suhu yang cukup tinggi dapat membuat ikan stres. Hal ini juga berlaku untuk kolam terpal. Namun, untuk kolam tanah, anda harus memperhatikan jenis tanah yang tidak porous, berstruktur kuat dan tidak berbatu batu. Tanah liat dan lempung adalah tanah yang ideal untuk kolam tanah. Karena bentuknya yang tidak permanen, perlu juga penguatan disisi sekeliling kolam. Perlu anda ketahui, kolam tanah sangat bagus untuk menahan getar getaran yang terjadi akibat suara keras disekililing. Getaran getaran yang terlalu keras dapat mengganggu kehidupan ikan. Dalam hal ini kolam tanah lebih unggul dari kolam semen.
Kolam terpal adalah pilihan yang favorit saat ini. Selain murah, pembuatannya tidak begitu susah. Banyak pemula, bahkan sampai skala industri menengah yang menggunakan terpal sebagai bahan untuk membuat kolam. Untuk usaha skala rumahan, kolam terpal dapat memanfaatkan pekarangan ataupun halaman rumah.
Kolam terpal adalah pilihan yang favorit saat ini. Selain murah, pembuatannya tidak begitu susah. Banyak pemula, bahkan sampai skala industri menengah yang menggunakan terpal sebagai bahan untuk membuat kolam. Untuk usaha skala rumahan, kolam terpal dapat memanfaatkan pekarangan ataupun halaman rumah.
Biasanya orang memakai bambu sebagai kerangka kolam. Anda dapat juga memakai batako ataupun karung berisi pasir sebagai penyangga dinding kolam. Beberapa hari yang lalu saya berdiskusi dengan tukang kayu. Kayu palet atau kayu bekas kontainer yang banyak dijual sekarang ini, dapat digunakan sebagai rangka. Kayu palet ini dibuat dari serbuk kayu yang direkatkan dengan lem kimia tertentu sehingga tahan terhadap rayap.
Dengan terpal ukuran 6 kali 8, anda dapat membuat satu buah kolam ukuran lebar 3 – 4 meter dan panjang 5 – 6 meter. Dengan modal kurang lebih satu juta rupiah, anda sudah mendapatkan satu kolam terpal. Jika anda serius untuk mengembangkan usaha ini dan memiliki modal cukup, kolam semen merupakan pilihan yang terbaik. Selain lebih tahan, anda dapat mendesain saluran pemasukan dan pembuangan air dengan baik. Dengan konstruksi yang kokoh, maka kolam akan relatif bertahan lebih lama dibandingkan dengan kolam terpal. Selain itu, kolam semen sangat mudah didesain sehingga sirkulasi air dapat dibuat dengan baik dengan tidak terpengaruh kontur tanah.
b. Ukuran kolam dan Ketinggian Air.
Dari banyak literatur yang saya baca dan tulisan pengalaman beberapa praktisi pembudidaya lele, bentuk kolam umumnya berbentuk persegi panjang. Bentuk relatif tidak berpengaruh banyak, yang perlu diperhatikan adalah saluran pembuangan. Dari pengalaman penulis, bentuk segi empat justru lebih bagus dalam pengumpulan kotoran ikan dan sisa makanan didasarkan kolam. Putaran air yang terbentuk oleh ikan yang berenang akan mengarahkan sisa sisa kotoran cenderung ketengah kolam. Saringan pembuangan dapat di buat ditengah. Kemiringan 3 sampai dengan 5 derajat perlu dibuat, sehingga kotoran akan terkumpul mengarah ke saluran atau saringan pembuangan tersebut. Ukuran kolam yang tidak terlalu besar akan mempermudah pengelolaan air serta pemerataan pemberian pakan. Idealnya kolam pembesaran berukuran 15 – 40 meter persegi. Sedangkan untuk kolam pembenihan 4 sampai dengan 10 meter persegi. Idealnya kolam pembesaran memiliki kedalam 1 sampai dengan 1,5 meter. kedalaman air dapat diatur dari 30 sampai dengan 120 cm. Ketika ukuran berukuran kecil, air cukup diisi 30 cm. kedalam bertambah seiring dengan bertambahnya ukuran ikan sampai dengan 120 cm. Untuk kolam pembenihan, ukuran 40 cm sampai 60 cm sudah cukup untuk kedalaman kolam. Air bisa di isi dari 15 sampai dengan 35 cm. Pengalaman kami yang berusaha didaerah Pamulang yang memiliki suhu yang relatif tinggi, kedalaman ideal adalah 25 cm sampai dengan 35 cm. Suhu udara pada musim panas yang bisa mencapai 34 derajat celcius perlu kedalaman air yang cukup tinggi. Idealnya lele tumbuh diudara 25 sampai 30 dearajat celcius, dan dengan ketinggian tanah 10 sampai dengan 700 meter dari permukaan laut. Suhu yang relatif tinggi didaerah sekitar jabotabek ini menjadi suatu keunggulan dalam budidaya lele ini.
Terakhir mengenai air. Banyak literatur menulis tentang PH ideal untuk air yang baik sekitar 6,5 sampai dengan 8,5. Namun pengalaman penulis yang memulai usaha skala rumahan ini dari nol, tidak pernah mengetes kadar PH air ini. Lele termasuk ikan yang relatif tahan hidup di air yang kurang ideal. Perlu diperhatikan air tanah bersih dari sumur bor, justru musuh utama lele. Lele akan terluka jika diletakkan di air bersih ini. Maka diperlukan pemupukan sehingga air menjadi berlendir. Dengan kondisi badan yang tidak bersisik, air tanah yang kesat dapat melukai tubuh lele yang akan menimbulkan luka yang akhirnya kematian.
Praktek, mengamati, belajar, bertanya dan terus belajar jugalah yang akan menentukan keberhasilan dalam budidaya ini. Tidak ada yang baku dan pasti dalam budidaya Lele Sangkuriang ini. Namun dengan ilmu dan pengetahuan yang cukup, anda akan mengurangi kesalahan kesalahan dari pendahulu.